Uncategorized

5 Pemikiran untuk Cegah Diri Takut Tertinggal

5 Pemikiran untuk Cegah Diri Takut Tertinggal, Good Bye FOMO!
5 Pemikiran untuk Cegah Diri Takut Tertinggal

PianoQQ Lounge 5 Pemikiran untuk Cegah Diri Takut Tertinggal FOMO atau fear of missing out merupakan perasaan takut tertinggal yang ada dalam diri seseorang. Tertinggal dalam hal apa saja, bahkan kerap kali satu orang selalu mencemaskan berbagai hal. Dari berita terkini, tren, gadget terbaru, dan sebagainya.

Rasa takut tertinggal ini sebetulnya membuat orang merasa kelelahan secara mental. Kamu dapat membayangkannya sebagai keharusan berlari mengejar sesuatu bahkan beberapa hal hingga tidak ada waktu sedikit pun buat beristirahat. FOMO akhirnya juga bikin kamu suka ikut-ikutan orang lain.

Itu artinya, kamu dapat kehilangan jati diri karena selalu mengikuti arus. Dari segi finansial, fear of missing out pun bisa menyebabkan keuangan tidak sehat. Demi mengikuti sesuatu, boleh jadi di perlukan uang yang gak sedikit. Buat kamu yang sudah bosan dengan sikap FOMO, tanamkan lima pemikiran untuk cegah diri takut tertinggal berikut ini.

1. Kamu gak harus tahu segalanya

Berwawasan luas memang baik dan berguna dalam hidup. Namun, seluas-luasnya pengetahuan manusia tentu gak meliputi segala hal. Sekeras apa pun usahamu untuk mengetahui semuanya, itu tidak pernah cukup.

Bukan berarti sebaiknya kamu berhenti belajar dan memperbarui informasi. Akan tetapi, tidak apa-apa bila sesekali orang lain yang memberitahumu tentang berbagai hal. Dirimu cukup menyimaknya, mengangguk-angguk, dan menanyakan detailnya.

Jangan merasa bodoh setiap orang lain lebih tahu tentangmu. Perpustakaan yang konon terlengkap saja mustahil menyimpan seluruh buku yang pernah di tulis di dunia ini. Kamu tak tahu beberapa hal dan tidak ada yang salah dengan fakta itu.

2. Kamu juga tak perlu bisa melakukan semua pekerjaan dengan baik

Meningkatkan kemampuan diri sama pentingnya dengan menambah wawasan. Jangan sampai kamu masih muda, tetapi terlalu cepat puas dengan skill yang di miliki. Meski demikian, hindari terjebak dalam tuntutan yang gak realistis dengan kamu harus bisa melakukan semua hal.

Tak cukup sampai di situ, di rimu juga mematok standar kemampuan yang tinggi di setiap bidang. Pikirkan lagi seberapa penting semua itu. Apakah tidak menguasai beberapa pekerjaan benar-benar berbahaya untuk kelangsungan hidupmu?

Kenyataannya tidak, kan? Di rimu masih bisa hidup dengan baik-baik saja bermodalkan sejumlah keterampilan. Bahkan satu kemampuan kerja yang terasah lebih berguna ketimbang fokusmu terpecah buat mengejar seluruh skill. Biarkan itu menjadi keahlian orang lain. 

3. Tidak berkomentar bukan berarti kurang pintar

FOMO juga mendorongmu menjadi komentator setiap peristiwa. Kamu sibuk sekali di dunia nyata maupun maya karena tidak henti-hentinya merasa harus mengikuti berbagai kabar berita lalu menyampaikan pendapatmu. Di dunia yang tidak pernah berhenti sejenak dari peristiwa, tidakkah pikiranmu kusut?

Di rimu memikirkan semuanya dan merasa wajib memberikan komentar yang paling cerdas di antara orang lain. Bahkan kerap kali timbul perasaan bahwa komentarmu bisa menyelesaikan beragam masalah dalam kehidupan seandainya semua orang mengikutinya. Padahal, pernyataan-pernyataanmu tidak pernah sepenting itu.

Kamu tetap punya hak untuk berpendapat. Akan tetapi, sadari bahwa banyak komentarmu tidak berpengaruh apa-apa pada berbagai peristiwa itu. Di rimu hanya meramaikan, tetapi tak membawa perubahan yang signifikan. Bukankah ini sama dengan menyia-nyiakan waktu dan energi?

4. Apa yang di miliki orang lain tidak wajib kamu punyai juga

Begitu sering kamu mendadak menginginkan hal-hal yang di miliki oleh orang lain. Ada teman punya gadget baru, di rimu cepat-cepat mencari tahu seri dan harganya. Lalu menetapkan target untuk segera membelinya atau seri yang lebih tinggi dan mahal biar lebih keren.

Jika harganya masih dalam kemampuanmu, memang tidak terasa memberatkan. Namun begitu melebihi kemampuan, berbagai persoalan pun muncul. Tidak mudah untukmu mendadak mengerem keinginan buat mengikuti orang lain membeli berbagai hal.

Maka sebelum kamu sampai di titik itu, ayo ubah cara berpikir. Dari sebelumnya kamu harus punya apa-apa yang dimiliki oleh orang lain menjadi melihat pada kemampuan diri serta kebutuhanmu. Jika dirimu menginginkannya juga tetapi tidak mampu, lupakan setidaknya buat sekarang.

Kelak kamu sudah punya uangnya dan keinginan tersebut masih kuat berarti itulah saatnya membeli. Apabila kamu mampu membelinya tapi gak memerlukannya selain demi merasa eksis, lupakan selamanya. Hindari jatuh dalam keputusan keuangan yang keliru hanya karena FOMO.

5. Fokus pada rasa cukup

Rasa takut tertinggal bikin kamu seperti orang yang makan tanpa henti meski sebetulnya sudah kenyang. Dirimu kesulitan mengenali batasan diri dalam mengikuti segala hal. Terus melaju untuk mengejar ketertinggalan dari semua orang dan tentang berbagai hal malah membuatmu tidak sempat menikmati apa-apa.

Kelihatannya kamu tahu dan punya segalanya, tetapi tak ada rasa nikmat sejati yang berhasil dicicipi. Jika kamu membatasi diri seperti orang yang berpuasa dan baru berbuka di waktu tertentu, kenikmatan itu justru sangat terasa. Perasaan cukupmu atas berbagai hal mesti dihidupkan kembali.

Sebagai contoh, dirimu bisa berkomunikasi dan bekerja dengan gadget yang sekarang dimiliki. Berarti kamu gak usah buru-buru ganti gawai karena takut ketinggalan zaman. Ketika kamu cuma perlu informasi seputar pemilu untuk membantumu menentukan pilihan, tak perlu sibuk mencari berita artis-artis yang tidak ada habisnya. Merasa cukup berarti tahu kapan dirimu harus berhenti dan itu membuatmu dapat beristirahat.

Mengendalikan rasa takut tertinggal dalam hal apa pun mesti dimulai dari menata pikiran. Sadari apa yang keliru dari cara berpikirmu saat ini serta bagaimana seharusnya. Kamu yang FOMO, maka dirimu pula yang mesti belajar menerapkan pemikiran untuk cegah diri takut tertinggal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *